Rabu, 22 Februari 2012

Huruf

Tolong, beri aku ruang untuk bernapas, beri aku ruang untuk menikmati kesunyian dan bunyi jariku yang menari-nari cepat, menikmati huruf-huruf kecil, satu-satunya teman sejati yang mendengarkan kisahku.

Hanya ini yang bisa ku lakukan. Bila bertanya siapa teman sejatiku, ia adalah huruf. Huruf terangkai adalah sahabat yang paling mampu mengerti-memahami apa yang kurasakan. Ia bisa bercerita kembali apa saja yang baru saja kuungkapkan. Utuh...

Tidak seperti seseorang yang mungkin hanya menanggapi dengan “aku mengerti apa yang kamu rasakan” atau hanya menggumam “hmm”.

Ia menyimpan. Ia mengingat. Bagaimana ketika aku berbunga-bunga, lantas bunga itu mulai layu dan mati. Bagaimana aku terbang, melayang, lantas terjatuh, terhempas. Ia yang paling mengerti warna-warna pelangi yang hadir dalam kanvas hidupku. Ia yang paling memahami bagaimana kehadiran senyum bulan sabit dengan lesung pipi, bagaimana kehadiran air mata. Ia yang paling memahaminya diwajahku, karena hanya dengannya aku berbagi.

Ia tahu siapa yang pernah singgah, diharapkan singgah dan selalu hadir.

Seperti membaca sejarah. Mencoba mendengar cerita dari nya (rangkaian huruf-huruf itu) tentangku hanyalah kenangan. Sungguh, hanya sebatas itu. Waktu telah meluruhkan kenangan-kenangan itu menjadi debu.

Dan kini, kumohon jangan mencoba menghentikan jemariku untuk mengetik barisan-barisan panjang huruf-huruf kecil. Karena bersamamu pun aku membutuhkannya. Dan sekali lagi aku berteman dengan huruf karena aku ingin merekam semuanya selagi aku masih muda dan masih bisa mengingat semuanya dengan benar. Dan aku ingin memiliki sesuatu yang bisa kuceritakan saat aku tua nanti. Apapun itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar